Namaku Asyifa Karimatunnisa. Kini, aku duduk di kelas enam SDIT
Al-hamidiyah. Ayahku seorang walikota. Sedangkan mamaku seorang ibu rumah
tangga.
Tiga hari lagi adalah hari kemerdekaan Indonesia. Sesuai
dengan rapat semalam dengan wakil walikota, ayahku berencana mengadakan lomba
kebersihan antar kelurahan dalam rangka menyambut kemerdekaan Indonesia ke 63
dalam dua hari. Niatnya, aku ingin turut serta dalam lomba tersebut untuk
mewakilkan kelurahan mampang. Kebetulan juga, besok hari libur karna para guru
di sekolahku akan mengadakan rapat.
Siang ini, para lurah serta beberapa warga dari masing-masing
kelurahan berkumpul di balai kota untuk menerima informasi tersebut. Sore harinya.
ditemani mama, aku pergi ke toko percetakan untuk mencetak kurang lebih seratus
lembar stiker untuk ditempel disetiap sudut kelurahan, yang berisi tentang ”Buanglah
sampah pada tempatnya” dan “Keep your country cleen”. Setelah ke toko
percetakan, aku melanjutkan perjalanan untuk pergi ke toko alat-alat kebersihan
dengan tujuan membeli tempat sampah, sapu, dan alat-alat kebersihan lainnya.
Esoknya, ayam jantan berkokok dengan lantang sehingga
membangunkan dari tidur lelapku. Ku bergegas mandi, lalu memakai seragam
separti petugas kebersihan. Seragam ini sengaja ayahku simpan di lemari khusus
petugas yang akan dikenakan jikalau ada petugas kebersihan baru. Kembali
kesituasi sebenarnya. Ku ambil cetakan stiker, tempat sampah, sapu, dan alat
kebersihan lainnya. Lalu ku masukan kedalam mobil. Tak lupa, aku juga membawa
kamera saku untuk mengambil gambar situasi disana. Ditemani dengan kak fatah.
Kakak laki-lakiku, akupun berangkat ke tempat tujuan.
Sesampainya, aku dan kakakku disambut oleh pak lurah dan
beberapa warga di depan kantor kelurahan. Aku dan kakakkupun turun, lalu bersalaman
dengan pak lurah. setelah itu. Kuambil stiker, sapu, tempat sampah, dan
alat-alat kebersihan lainnya dari mobil, lalu kuserahkan kepada pak lurah.
”ini pak
alat -alat kebersihannya.”
“Terimakasih.”
jawab pak lurah sambil mngambil
alat-alat kebersihan yang kuberi, lalu pak lurah membagi-bagikan tugas kepada
para warga terutama aku dan kak fatah. Aku mendapat kan tugas menempel-nempelkan
stiker ditemani dengan pak lurah. Sedangkan kak fatah manyapu jalan raya
bersama para warga lainnya. Setelah pembagian tugas, kamipun segera berpencar
dan mengerjakan tugas masing-masing. Segera, ku berkeliling kelurahan sambil
menempel stiker-stiker tersebut. Ketika aku ingin memasuki Gang delima, ku
lihat kak fatah sedang menyapu jalanan dengan penuh semangat. ’kayaknya, boleh
juga ku ambil fotonya’ gumamku. ‘soalnya kak fatah kan anak pemalas he..he..’
segera ku ambil gambar kak fatah. Mmm.. lucu banget. Akupun melanjutkan tugasku
untuk menempelkan stiker-stiker
tersebut.
Tiga jam penuh melaksanakan tugas. Akhirnya, aku telah usai
mengerjakan tugas dari pak lurah. Begitu pula kak fatah, dia telah usai
mengerjakan tugasnya. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Eitss… tapi
sebelumnya, aku dan kak fatah mencuci tangan terlebih dahulu lalu berpamitan
dengan para lurah dan para warga. Setelah itu, baru deh kami pulang.
“kak lihat
deh, ini foto kakak. Semangat banget sih, kok tumben..”ledekku saat perjalanan
pulang sambil menunjukan foto di kameraku.
“ih, dapet
dari mana kamu?” Tanya kak fatah bingung,
“mau tau aja
sih…” jawabku
“iya dong,
Bersihkan pangkal sehat…” jawab kak fatah menyombongkan diri.
“habis
kemasukan arwah siapa? Kok mau sih nyapu di tengah jalan! Nanti kalau dilihat
kak adel gimana? He..he..” ledekku lagi
“ih… diam
kamu!!” ucap kak fatah kesal.
Satu jam perjalanan, kamipun sampai di rumah.
“hai..
gimana bersih-bersihnya?” sambut ayah dan mama saat aku dan kak fatah turun
dari mobil.
“top deh..!!
jawabku sambil mengancungkan jempol.
“fatah. sekarang, kamu mau kan bersihin kamar kamu
tanpa bibi..?” Tanya mama.
“ok deh”
jawab kak fatah nyengir.
“ayah,
pengumuman pemenagnya kapan?” tanyaku.
“kalau gak
ada halangan lusa!!” jawab ayah singkat.
“ya sudah.
Sekarang kalian mandi yang bersih, lalu istirahat ya,,” perintah mama.
“oke deh!!”
jawabku dan kak fatah serempak. Akupun segera mandi, lalu istirahat.
Lusanya, para lurah kembali dikumpulkan dibalai kota, untuk
menerima informasi kelurahan apa yang jadi pemenangnya.
“dan
pemenangnya adalah..”
“kelurahan
mampang…”
Spontan, ku
dengar suara tepuk tangan yang meriah dari sebagian warga yang hadir. Aku yang
juga ikut hadir bertepuk tangan pula.
“syukurlah…”ucapku
senang.
Segera, sang lurah maju ke depan, lalu menerima piala dan
mendapatkan uang kas lurah sebesar sepuluh juta rupiah. Aku senang sekali.
Sekarang aku sadar, aku tidak boleh lagi membuang sampah sembarangan.
Karya: Marda Tillah.
No comments:
Post a Comment