Cerpen III


Namaku Asyifa Karimatunnisa. Kini, aku duduk di kelas enam SDIT Al-hamidiyah. Ayahku seorang walikota. Sedangkan mamaku seorang ibu rumah tangga.
Tiga hari lagi adalah hari kemerdekaan Indonesia. Sesuai dengan rapat semalam dengan wakil walikota, ayahku berencana mengadakan lomba kebersihan antar kelurahan dalam rangka menyambut kemerdekaan Indonesia ke 63 dalam dua hari. Niatnya, aku ingin turut serta dalam lomba tersebut untuk mewakilkan kelurahan mampang. Kebetulan juga, besok hari libur karna para guru di sekolahku akan mengadakan rapat.
Siang ini, para lurah serta beberapa warga dari masing-masing kelurahan berkumpul di balai kota untuk menerima informasi tersebut. Sore harinya. ditemani mama, aku pergi ke toko percetakan untuk mencetak kurang lebih seratus lembar stiker untuk ditempel disetiap sudut kelurahan, yang berisi tentang ”Buanglah sampah pada tempatnya” dan “Keep your country cleen”. Setelah ke toko percetakan, aku melanjutkan perjalanan untuk pergi ke toko alat-alat kebersihan dengan tujuan membeli tempat sampah, sapu, dan alat-alat kebersihan lainnya.
Esoknya, ayam jantan berkokok dengan lantang sehingga membangunkan dari tidur lelapku. Ku bergegas mandi, lalu memakai seragam separti petugas kebersihan. Seragam ini sengaja ayahku simpan di lemari khusus petugas yang akan dikenakan jikalau ada petugas kebersihan baru. Kembali kesituasi sebenarnya. Ku ambil cetakan stiker, tempat sampah, sapu, dan alat kebersihan lainnya. Lalu ku masukan kedalam mobil. Tak lupa, aku juga membawa kamera saku untuk mengambil gambar situasi disana. Ditemani dengan kak fatah. Kakak laki-lakiku, akupun berangkat ke tempat tujuan.
Sesampainya, aku dan kakakku disambut oleh pak lurah dan beberapa warga di depan kantor kelurahan. Aku dan kakakkupun turun, lalu bersalaman dengan pak lurah. setelah itu. Kuambil stiker, sapu, tempat sampah, dan alat-alat kebersihan lainnya dari mobil, lalu kuserahkan kepada pak lurah.
”ini pak alat -alat kebersihannya.”
“Terimakasih.”  jawab pak lurah sambil mngambil alat-alat kebersihan yang kuberi, lalu pak lurah membagi-bagikan tugas kepada para warga terutama aku dan kak fatah. Aku mendapat kan tugas menempel-nempelkan stiker ditemani dengan pak lurah. Sedangkan kak fatah manyapu jalan raya bersama para warga lainnya. Setelah pembagian tugas, kamipun segera berpencar dan mengerjakan tugas masing-masing. Segera, ku berkeliling kelurahan sambil menempel stiker-stiker tersebut. Ketika aku ingin memasuki Gang delima, ku lihat kak fatah sedang menyapu jalanan dengan penuh semangat. ’kayaknya, boleh juga ku ambil fotonya’ gumamku. ‘soalnya kak fatah kan anak pemalas he..he..’ segera ku ambil gambar kak fatah. Mmm.. lucu banget. Akupun melanjutkan tugasku untuk menempelkan  stiker-stiker tersebut.
Tiga jam penuh melaksanakan tugas. Akhirnya, aku telah usai mengerjakan tugas dari pak lurah. Begitu pula kak fatah, dia telah usai mengerjakan tugasnya. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Eitss… tapi sebelumnya, aku dan kak fatah mencuci tangan terlebih dahulu lalu berpamitan dengan para lurah dan para warga. Setelah itu, baru deh kami pulang.
“kak lihat deh, ini foto kakak. Semangat banget sih, kok tumben..”ledekku saat perjalanan pulang sambil menunjukan foto di kameraku.
“ih, dapet dari mana kamu?” Tanya kak fatah bingung,
“mau tau aja sih…” jawabku
“iya dong, Bersihkan pangkal sehat…” jawab kak fatah menyombongkan diri.
“habis kemasukan arwah siapa? Kok mau sih nyapu di tengah jalan! Nanti kalau dilihat kak adel gimana? He..he..” ledekku lagi
“ih… diam kamu!!” ucap kak fatah kesal.
 Satu jam perjalanan, kamipun sampai di rumah.
“hai.. gimana bersih-bersihnya?” sambut ayah dan mama saat aku dan kak fatah turun dari mobil.
“top deh..!! jawabku sambil mengancungkan jempol.
“fatah.  sekarang, kamu mau kan bersihin kamar kamu tanpa bibi..?” Tanya mama.
“ok deh” jawab kak fatah nyengir.
“ayah, pengumuman pemenagnya kapan?” tanyaku.
“kalau gak ada halangan lusa!!” jawab ayah singkat.
“ya sudah. Sekarang kalian mandi yang bersih, lalu istirahat ya,,” perintah mama.
“oke deh!!” jawabku dan kak fatah serempak. Akupun segera mandi, lalu istirahat.
Lusanya, para lurah kembali dikumpulkan dibalai kota, untuk menerima informasi kelurahan apa yang jadi pemenangnya.
“dan pemenangnya adalah..”
“kelurahan mampang…”
Spontan, ku dengar suara tepuk tangan yang meriah dari sebagian warga yang hadir. Aku yang juga ikut hadir bertepuk tangan pula.
“syukurlah…”ucapku senang.
Segera, sang lurah maju ke depan, lalu menerima piala dan mendapatkan uang kas lurah sebesar sepuluh juta rupiah. Aku senang sekali. Sekarang aku sadar, aku tidak boleh lagi membuang sampah sembarangan.

                                                                                   Karya: Marda Tillah.

No comments:

Post a Comment